TEMPO Interaktif, Jakarta:Peranti transmisi otomatis pada mobil tak sekadar memberi kemudahan saja tetapi juga kenyamanan pengemudi. Hanya, tak sedikit diantara pemilik mobil bertransmisi jenis ini yang tidak memahami cara kerja dan perawatan yang baik.
Ironisnya mereka telah menggunakan mobil tersebut selama bertahun-tahun. Akibatnya, peranti itu telah rusak kendati umur ekonomi atau masa pakai semestinya belum tiba.
Padahal, proses perbaikkan transmisi otomatis jauh lebih rumit. Biaya yang dibutuhkan pun lebih mahal ketimbang ongkos perbaikan transmisi manual.
"Karena itu, memahami cara kerja dan penggunaan yang baik dan benar, serta merawatnya secara teratur merupakan keharusan," papar Aldi Chandra, pimpinan Autozone, Jatinegara, Jakarta, Selasa (16/11).
Lantas seperti apa cara penggunaan yang baik dan benar transmisi ini? Bagaimana perawatan yang benar? Berikut tips dari Aldi.
1. Lakukan perpindahan tuas dengan halus
Saat memulai menjalankan mobil, memarkir mobil, mundur, tentu dibutuhkan kecepatan tangan dalam memindah posisi tuas transmisi. Pada saat seperti itu, jangan melakukannya perpindahan dengan kasar.
Sebaliknya, lakukan perpindahan dengan halus namun cepat. Bila perpindahan dilakukan dengan kasar atau hentakan, maka planetary gear dan one way clutch yang berada di gear boks berpotensi rusak. "Cross joint pada as kopel, engine mounting, dan as penggerak roda pun bisa terpengaruh. Bila itu dilakukan secaraterus menerus, bagian-bagian itu akan kendor," kata Aldi.
2. Cermat memindah posisi tuas di saat berhenti
Perilaku yang salah dan kerap dilakukan oleh pengemudi adalah, tidak memindahkan posisi tuas pada posisi N atau Netral, kala mobil berhenti cukup lama. Saat berhenti di lampu isyarat lalu lintas atau terjebak kemacetan akut misalnya.
Tuas tidak dipindah, berarti komponen transmisi harus bekerja ekstra keras kala pengemudi menginjak pedal gas untuk memacu mobil. Walhasil, minyak pelumas atau oli transmisi otomatis yang dibutuhkan juga lebih besar.
Bila, cara seperti itu dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu lama maka peranti transmisi akan cepat aus atau rusak. Ingat, sebagai transmisi basah, cara kerja perangkat ini sangat tergantung pada kondisi oli. Oli cepat berkurang berarti komponen sangat rentan rusak.
"Orang sering mempersepsi salah terhadap transmisi otomatis. Mereka berpikir transmisi ini memiliki kemampuan yang lebih termasuk dengan cuma pindah tuas dan menginjak pedal gas semua beres," papar Aldi.
3. Jangan langsung tancap gas
Kebiasaan salah yang juga kerap dilakukan pengemudi adalah, langsung menginjak pedal gas dalam-dalam agar mobil segera melesat meski beberapa saat berhenti di depan lampu isyarat lalu lintas.
"Biasanya, begitu lampu isyarat menyala hijau dan tuas dipindah ke posisi D mereka langsung menggeber gas. Ini jelas perilaku salah," terang Aldi.
Pasalnya, sistem di perangkat transmisi ini membutuhkan waktu beberapa detik untuk memindahkan tekanan fluida atau oli transmisi ke konverter torsi. Bila proses itu belum selesai tetapi proses kerja transmisi dipercepat, maka katup solenoid akan rusak.
4. Hindari engine brake berlebihan
Biasanya, dalam kondisi tertentu pengemudi menggunakan cara pengereman dengan peranti atau biasa disebut engine brake. Caranya, dengan memindah tuas transmisi dengan harapan posisi gigi juga berpindah dari posisi tinggi ke posisi lebih rendah. Walhasil, laju mobil pun berkurang.
Hindari cara itu, bila anda menggunakan mobil bertransmisi otomatis. Sebab, pengereman seperti itu akan menyebabkan luka di kopling gesek. Bahkan, bila berlangsung terlalu lama dan berulang, fluida transmisi akan kepanasan (overhaeting)
5. Jangan pernah terlambat ganti oli
Oli atau kinyak pelumas sangat vital bagi peranti transmisi otomatis. Sebab, kelangsungan perangkat ini sangat tergantung oli.
"Proses penggantian oli yang tidak teratur sangat berpotensi menyebabkan kopling slip, karena filter oli tersumbat kotoran yang tercampur di oli," kata Aldi.
Hingga saat ini, sebut Aldi, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa sistem transmisi otomatis tidak menggunakan kanvas kopling dan kopling. Padahal justru sebaliknya.
Jumlah kanvas di transmisi otomatis lebih banyak, sehingga potensi terjadinya penyumbatan filter oli pun juga tinggi. Sebab, kanvas yang jumlahnya banyak itu dan saling bergesekan juga menghasilkan serbuk atau butiran hasil gesekan itu dalam jumlah besar.
Serbuk atau butiran itulah yang menyumbat filter oli. Bila filter tersumbat, kopling akan slip. Bahkan perpindahan posisi gigi juga tidak bisa berjalan mulus dan akhirnya transmisi rusak.
Bila kerusakkan parah, bersiap-siaplah untuk mengganti semua komponen yang harganya juga tak murah. “Untuk ongkos pengerjaannya saja berkisar Rp 2 – 3 juta, belum termasuk pembelian part," imbuh Aldi.
Angka sebesar itu untuk mobil Asia, seperti mobil buatan Jepang, Korea, dan lainnya. Sedangkan untuk mobil buatan Eropa atau Amerika biaya perbaikan jauh lebih besar.
Ironisnya mereka telah menggunakan mobil tersebut selama bertahun-tahun. Akibatnya, peranti itu telah rusak kendati umur ekonomi atau masa pakai semestinya belum tiba.
Padahal, proses perbaikkan transmisi otomatis jauh lebih rumit. Biaya yang dibutuhkan pun lebih mahal ketimbang ongkos perbaikan transmisi manual.
"Karena itu, memahami cara kerja dan penggunaan yang baik dan benar, serta merawatnya secara teratur merupakan keharusan," papar Aldi Chandra, pimpinan Autozone, Jatinegara, Jakarta, Selasa (16/11).
Lantas seperti apa cara penggunaan yang baik dan benar transmisi ini? Bagaimana perawatan yang benar? Berikut tips dari Aldi.
1. Lakukan perpindahan tuas dengan halus
Saat memulai menjalankan mobil, memarkir mobil, mundur, tentu dibutuhkan kecepatan tangan dalam memindah posisi tuas transmisi. Pada saat seperti itu, jangan melakukannya perpindahan dengan kasar.
Sebaliknya, lakukan perpindahan dengan halus namun cepat. Bila perpindahan dilakukan dengan kasar atau hentakan, maka planetary gear dan one way clutch yang berada di gear boks berpotensi rusak. "Cross joint pada as kopel, engine mounting, dan as penggerak roda pun bisa terpengaruh. Bila itu dilakukan secaraterus menerus, bagian-bagian itu akan kendor," kata Aldi.
2. Cermat memindah posisi tuas di saat berhenti
Perilaku yang salah dan kerap dilakukan oleh pengemudi adalah, tidak memindahkan posisi tuas pada posisi N atau Netral, kala mobil berhenti cukup lama. Saat berhenti di lampu isyarat lalu lintas atau terjebak kemacetan akut misalnya.
Tuas tidak dipindah, berarti komponen transmisi harus bekerja ekstra keras kala pengemudi menginjak pedal gas untuk memacu mobil. Walhasil, minyak pelumas atau oli transmisi otomatis yang dibutuhkan juga lebih besar.
Bila, cara seperti itu dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu lama maka peranti transmisi akan cepat aus atau rusak. Ingat, sebagai transmisi basah, cara kerja perangkat ini sangat tergantung pada kondisi oli. Oli cepat berkurang berarti komponen sangat rentan rusak.
"Orang sering mempersepsi salah terhadap transmisi otomatis. Mereka berpikir transmisi ini memiliki kemampuan yang lebih termasuk dengan cuma pindah tuas dan menginjak pedal gas semua beres," papar Aldi.
3. Jangan langsung tancap gas
Kebiasaan salah yang juga kerap dilakukan pengemudi adalah, langsung menginjak pedal gas dalam-dalam agar mobil segera melesat meski beberapa saat berhenti di depan lampu isyarat lalu lintas.
"Biasanya, begitu lampu isyarat menyala hijau dan tuas dipindah ke posisi D mereka langsung menggeber gas. Ini jelas perilaku salah," terang Aldi.
Pasalnya, sistem di perangkat transmisi ini membutuhkan waktu beberapa detik untuk memindahkan tekanan fluida atau oli transmisi ke konverter torsi. Bila proses itu belum selesai tetapi proses kerja transmisi dipercepat, maka katup solenoid akan rusak.
4. Hindari engine brake berlebihan
Biasanya, dalam kondisi tertentu pengemudi menggunakan cara pengereman dengan peranti atau biasa disebut engine brake. Caranya, dengan memindah tuas transmisi dengan harapan posisi gigi juga berpindah dari posisi tinggi ke posisi lebih rendah. Walhasil, laju mobil pun berkurang.
Hindari cara itu, bila anda menggunakan mobil bertransmisi otomatis. Sebab, pengereman seperti itu akan menyebabkan luka di kopling gesek. Bahkan, bila berlangsung terlalu lama dan berulang, fluida transmisi akan kepanasan (overhaeting)
5. Jangan pernah terlambat ganti oli
Oli atau kinyak pelumas sangat vital bagi peranti transmisi otomatis. Sebab, kelangsungan perangkat ini sangat tergantung oli.
"Proses penggantian oli yang tidak teratur sangat berpotensi menyebabkan kopling slip, karena filter oli tersumbat kotoran yang tercampur di oli," kata Aldi.
Hingga saat ini, sebut Aldi, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa sistem transmisi otomatis tidak menggunakan kanvas kopling dan kopling. Padahal justru sebaliknya.
Jumlah kanvas di transmisi otomatis lebih banyak, sehingga potensi terjadinya penyumbatan filter oli pun juga tinggi. Sebab, kanvas yang jumlahnya banyak itu dan saling bergesekan juga menghasilkan serbuk atau butiran hasil gesekan itu dalam jumlah besar.
Serbuk atau butiran itulah yang menyumbat filter oli. Bila filter tersumbat, kopling akan slip. Bahkan perpindahan posisi gigi juga tidak bisa berjalan mulus dan akhirnya transmisi rusak.
Bila kerusakkan parah, bersiap-siaplah untuk mengganti semua komponen yang harganya juga tak murah. “Untuk ongkos pengerjaannya saja berkisar Rp 2 – 3 juta, belum termasuk pembelian part," imbuh Aldi.
Angka sebesar itu untuk mobil Asia, seperti mobil buatan Jepang, Korea, dan lainnya. Sedangkan untuk mobil buatan Eropa atau Amerika biaya perbaikan jauh lebih besar.
0 komentar:
Posting Komentar